BolaSepak – Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 membuat kursi kepelatihan Shin Tae-yong (STY) kembali menjadi sorotan tajam. PSSI telah menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh, namun Budi Setiawan, pengamat sepak bola dan pendiri Football Institute, berharap proses tersebut berjalan profesional dan obyektif, jauh dari tekanan publik maupun sentimen pribadi.
Kegagalan Indonesia yang hanya finis di peringkat ketiga Grup B dan gagal melaju ke semifinal, telah berdampak pada peringkat FIFA. Indonesia yang sebelumnya berada di peringkat 124 dunia, merosot ke peringkat 125 setelah imbang melawan Laos, dan selanjutnya turun lagi ke peringkat 130 pasca kekalahan dari Filipina.

Budi Setiawan mengangkat isu penting terkait pemilihan pemain STY. Ia memperingatkan potensi "bom waktu" berupa ketidakpercayaan antara pemain dan pelatih, yang bisa merusak harmoni tim. Ia mencontohkan kasus Elkan Baggot yang jarang dipanggil kembali ke Timnas, dan Eliano Reijners yang minim kesempatan bermain. Lebih jauh, Budi mengingat insiden kapten Timnas, Jay Idzes, yang mengumpulkan pemain tanpa kehadiran STY dan staf pelatih sebelum laga kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Arab Saudi, sebagai indikasi awal keretakan internal.
"Jangan sampai ada perang ego dan kultural di dalam tim," tegas Budi. Ia juga menyoroti kartu merah yang diterima Muhammad Ferrari di laga terakhir melawan Filipina, menunjukkan perlunya STY untuk lebih mampu mengendalikan emosi pemainnya. "Pelatih yang hebat bukan hanya mengerti strategi dan taktik, tapi juga mampu memenangkan hati pemain," pungkas Budi, menekankan pentingnya aspek manajerial dan kepemimpinan dalam sepak bola modern. Evaluasi PSSI terhadap STY diharapkan menjadi momentum perbaikan dan peningkatan prestasi Timnas Indonesia ke depan.