BolaSepak – Pergantian pelatih Timnas Indonesia di tengah jalan menuju kualifikasi Piala Dunia 2026 menimbulkan polemik. Keputusan PSSI mendepak Shin Tae-yong di awal tahun 2025, saat tim tengah mempersiapkan empat laga krusial melawan Australia, Bahrain, China, dan Jepang, menuai beragam reaksi. Pengamat olahraga, Kesit Budi Handoyo, menilai langkah tersebut sebagai dilema yang pelik bagi PSSI.
Kesit, yang juga Ketua PWI Jaya, mengungkapkan bahwa pernyataan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengenai inkonsistensi performa Timnas Indonesia menjadi alasan di balik pergantian nahkoda tersebut. "Keputusan ini seperti buah simalakama bagi PSSI. Performa Timnas memang naik turun, kadang tampil oke, tiba-tiba melempem," ujar Kesit dalam wawancara telepon.
Fluktuasi performa Timnas, menurut Kesit, menjadi faktor utama. Target tinggi PSSI untuk membawa Timnas ke Piala Dunia dianggap sulit terwujud di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, terlebih adanya isu kesenjangan komunikasi dengan para pemain. Harapannya, pelatih baru, yang kabarnya berasal dari Belanda, dapat membawa perubahan signifikan.
Namun, waktu yang tersisa hingga kualifikasi Piala Dunia 2026 sangat terbatas, hanya sekitar 2,5 bulan. "Waktu pendek, tapi harus dioptimalkan. PSSI harus siap menerima konsekuensi, baik peningkatan performa maupun penurunan drastis," tegas Kesit. Ia menambahkan bahwa pergantian pelatih merupakan hal lumrah, namun kegagalannya membutuhkan evaluasi menyeluruh, meliputi kualitas pemain dan kapabilitas pelatih. Apakah gagalnya Timnas karena materi pemain yang belum siap atau ketidakmampuan sang pelatih? Pertanyaan ini yang harus dijawab PSSI.