BolaSepak – AS Roma berhasil mengamankan tiket ke babak 16 besar Liga Europa setelah drama menegangkan melawan Porto di Olimpico, Jumat (21/2/2025) dini hari WIB. Kemenangan 3-2 atas Porto, yang membuat agregat akhir 4-3 untuk keunggulan Roma, ternyata tak cukup membuat pelatih Claudio Ranieri tenang. Justru sebaliknya, pelatih kawakan berusia 73 tahun itu meledak karena sejumlah kesalahan fatal anak asuhnya.
Pertandingan dimulai dengan mimpi buruk bagi Roma. Samu Aghehowa mencetak gol pembuka untuk Porto, memanfaatkan blunder fatal lini pertahanan Giallorossi. Namun, Paulo Dybala menjadi penyelamat dengan dua golnya yang membalikkan keadaan di babak pertama. Situasi semakin menguntungkan Roma setelah Stephen Eustaquio mendapat kartu merah, membuat Nicolo Pisilli menambah keunggulan menjadi 3-1.

Namun, keunggulan jumlah pemain tak membuat Roma bermain lebih tenang. Porto, yang bermain lebih berani di sisa waktu, mampu mencetak gol kedua lewat gol bunuh diri Devyne Rensch di masa injury time. Hal ini membuat Ranieri naik pitam.
"Saya bahkan tidak masuk ruang ganti setelah pertandingan. Kalau tidak, saya akan meledak di sana! Saya sudah sangat kesal saat kami kebobolan satu gol, apalagi dua!" ujar Ranieri dengan nada tinggi. Ia menyayangkan kurangnya fokus pemainnya saat unggul jumlah pemain. "Saat saya melihat semua pemain menyerang, saya terus mengingatkan mereka untuk tetap di posisi. Mau ke mana sih mereka? Masih banyak waktu tersisa!" tambahnya.
Ranieri mengakui kebahagiaannya atas lolosnya Roma, tetapi ia menekankan perlunya peningkatan mentalitas dan fokus timnya. "Saya sangat senang, tetapi kami masih perlu meningkatkan kemampuan. Semua orang tahu kami kebobolan gol lewat serangan balik, jadi mengapa harus memberikannya kepada mereka?" tanyanya retoris. Ia menilai, kebobolan gol saat unggul 3-1 adalah hal yang tak bisa diterima. "Saat kami unggul 3-1, hal itu tidak dapat diterima. Saya harus berhenti bicara sekarang, jika tidak, apa yang saya coba untuk tidak katakan kepada skuad di ruang ganti, akan berakhir dengan mengatakannya di televisi," pungkas Ranieri. Kekecewaan Ranieri jelas tergambar, meski Roma akhirnya meraih kemenangan.