BolaSepak – Graham Potter, pelatih yang sempat menuai kontroversi setelah dipecat Chelsea, mendapat kesempatan kedua di Liga Primer Inggris. Setelah hampir dua tahun menganggur, ia resmi ditunjuk sebagai manajer West Ham United pada 9 Januari 2025, menggantikan Julen Lopetegui yang didepak sehari sebelumnya. Tantangan berat sudah menanti Potter; menyelamatkan The Hammers dari jurang degradasi.
West Ham saat ini berada di posisi yang cukup mengkhawatirkan, yaitu peringkat 14 klasemen Liga Inggris dengan koleksi 23 poin, hanya berjarak tujuh angka dari zona merah. Masalah internal klub pun tak kalah pelik. Ketidakharmonisan antara pelatih sebelumnya, Lopetegui dan Moyes, dengan direktur teknik Tim Steidten, serta isu keretakan hubungan Lopetegui dengan beberapa pemain, menjadi pekerjaan rumah Potter.
Sadar akan situasi tersebut, Potter menekankan pentingnya kebersamaan dan keselarasan di dalam tim. Ia bertekad menyatukan semua elemen di klub, termasuk menjalin kerjasama yang baik dengan seluruh pihak. "Penting bagi kita untuk memiliki kebersamaan, keselarasan, agar kita menuju ke arah yang sama. Premier League sangat kejam jika kita tak kompak," tegas Potter.
Lebih lanjut, Potter menjelaskan strateginya untuk membenahi West Ham. Ia akan memberikan kejelasan tentang gaya bermain yang diinginkan, membuka dialog terbuka dan penuh hormat dengan semua pihak, serta memanfaatkan pengalaman pahitnya di Chelsea untuk menjadi lebih baik. "Ini klub yang baru-baru ini meraih kesuksesan. Ada kekecewaan, tapi juga banyak hal positif di sini," tambahnya.
Potter mengakui reputasinya tercoreng setelah hanya bertahan tujuh bulan di Chelsea. Namun, ia merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan pengalaman yang telah dilaluinya. "Ketika saya mendengarkan Pep Guardiola, dia berkata dia punya sesuatu untuk dibuktikan. Jika dia punya sesuatu untuk dibuktikan, maka kita semua punya," ujar Potter. Ia melihat masa sulitnya di Chelsea sebagai pelajaran berharga yang membuatnya menjadi pelatih yang lebih baik.