BolaSepak – Manchester United kembali menjadi sorotan setelah hasil imbang 1-1 melawan Arsenal di Old Trafford. Pertandingan yang menegangkan ini menyoroti sebuah paradoks: Setan Merah mampu memberikan perlawanan sengit kepada tim-tim besar, namun kerap tampil mengecewakan saat berhadapan dengan tim papan tengah atau bawah klasemen.
Kemampuan MU menahan imbang Arsenal dan Liverpool, bahkan mengalahkan Manchester City musim ini, membuat banyak pihak bertanya-tanya. Namun, konsistensi permainan mereka terlihat rapuh saat menghadapi tim yang secara peringkat berada di bawah mereka. Posisi MU di peringkat ke-15 dengan 34 poin pun menjadi bukti nyata inkonsistensi tersebut.

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, mengakui kesulitan ini. Ia menduga strategi bertahan yang diterapkan saat melawan tim-tim besar menjadi kunci keberhasilan. Sebaliknya, saat menghadapi tim yang dianggap lebih lemah, MU cenderung menerapkan permainan menyerang yang ternyata kurang efektif. Amorim menyiratkan bahwa kualitas skuad saat ini mungkin belum cukup mumpuni untuk menjalankan gaya bermain menyerang secara konsisten.
"Saya tidak tahu pasti penyebabnya," ujar Amorim dalam wawancara di situs BolaSepak. "Mungkin bermain bertahan lebih cocok saat melawan tim-tim besar, itu sangat membantu. Namun, melawan tim lain, kami harus terus menekan, dan itu lebih sulit. Terkadang karakteristik pemain tidak memungkinkan untuk bermain menyerang terus-menerus," tambahnya.
Amorim menekankan bahwa tuntutan di klub sebesar Manchester United mengharuskan timnya untuk selalu tampil menyerang, terlepas dari lawan yang dihadapi. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan tersebut belum membuahkan hasil maksimal. Misteri inkonsistensi MU ini pun masih menjadi pekerjaan rumah bagi Amorim dan tim pelatih untuk dipecahkan.