BolaSepak – Pengumuman kepindahan Sandy Walsh ke Yokohama F. Marinos menyita perhatian publik. Namun, tahukah Anda arti ‘F’ di balik nama klub barunya itu? Ternyata, huruf tersebut menyimpan sejarah panjang dan menarik dari sepak bola Jepang.
Pemain berusia 29 tahun ini resmi bergabung dengan Yokohama F. Marinos pada Minggu (9/2/2025), menjadi pemain Indonesia keenam yang berkiprah di Liga Jepang setelah Ricky Yacobi, Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, Pratama Arhan, dan Justin Hubner. Marinos, klub yang tercatat sebagai klub tersukses kedua di J. League setelah Kashima Antlers, memiliki lima gelar juara dan lima kali menjadi runner-up. Keberhasilan ini tak lepas dari sejarah panjang dan penuh dinamika klub tersebut.
![Rahasia Huruf 'F' di Nama Klub Sandy Walsh: Kisah Merger dan Kejayaan Liga Jepang 2 Rahasia Huruf 'F' di Nama Klub Sandy Walsh: Kisah Merger dan Kejayaan Liga Jepang](https://bolasepak.co.id/wp-content/uploads/2025/02/fbl-asia-c1-jpn-uae-yokohama-al-ain_169.jpeg)
Ternyata, Yokohama F. Marinos merupakan hasil merger dua klub legendaris Yokohama, yaitu Yokohama Marinos dan Yokohama Flugels pada tahun 1999. Kedua klub ini merupakan bagian dari "Original 10", sepuluh klub yang turut serta dalam J. League sejak musim perdananya pada 1993. Namun, perjalanan Yokohama Flugels tak semulus yang dibayangkan.
Meskipun bernama resmi Yokohama Flugels, klub ini juga dikenal sebagai AS Flugels, singkatan dari ANA (All Nippon Airways) dan Sato Labs, dua perusahaan sponsor utama mereka. Nama AS Flugels bahkan terpampang di jersey tim pada era awal J. League, mirip dengan Kashima Antlers yang juga menampilkan nama klub di jersey mereka.
Lahirnya J. League sendiri merupakan hasil transformasi besar-besaran sepak bola Jepang. Sebelum era J. League, sepak bola Jepang berada di bawah bayang-bayang bisbol, dengan jumlah penonton JSL (Japan Soccer League), kompetisi amatir sebelumnya, yang sangat minim, hanya berkisar 2000 penonton per laga.
Untuk membentuk J. League, Komite Revitalisasi JSL yang dibentuk oleh JFA (Federasi Sepak Bola Jepang) menetapkan persyaratan ketat bagi klub-klub JSL, termasuk melepaskan nama perusahaan dan mengadopsi unsur lokal. Dari 20 klub peminat, hanya 10 yang lolos seleksi.
Strategi branding dan investasi besar-besaran sebesar 600 juta USD untuk promosi dan mendatangkan bintang-bintang dunia seperti Zico, Gary Lineker, dan Pierre Littbarski sukses menarik minat masyarakat Jepang. Fenomena ini dikenal sebagai "J. League Phenomenon", ditandai dengan 800 ribu pendaftar tiket untuk laga pembuka J. League 1993, jauh melebihi kapasitas stadion yang hanya 60 ribu tempat duduk.
Sayangnya, kepopuleran J. League tak bertahan lama. Penurunan jumlah penonton mulai terjadi sejak musim 1995, dan Yokohama Flugels menjadi salah satu klub yang paling terdampak. Kehilangan sponsor utama, Sato Labs, membuat ANA, sponsor lainnya, melakukan negosiasi dengan Nissan Motors, sponsor Yokohama Marinos. Akibatnya, Yokohama Flugels akhirnya merger dengan Yokohama Marinos, dan lahirlah Yokohama F. Marinos, dengan ‘F’ sebagai representasi dari Flugels.
Meskipun merger ini menyisakan duka bagi penggemar Flugels, mereka mendirikan klub baru, Yokohama FC, yang kini berlaga di J1 League setelah promosi dari J2 League 2024. Kisah huruf ‘F’ di Yokohama F. Marinos menjadi bukti sejarah panjang dan penuh dinamika sepak bola Jepang, sekaligus menjadi latar belakang menarik bagi perjalanan karier Sandy Walsh di negeri sakura.